Jumat, 08 April 2011

Tari Gambyong





Tari Gambyong adalah tarian yang biasanya dipakai ungtuk mengawali resepsi pernikahan adat Jawa. Konon, tari Gambyong tercipta karena seorang penari jalanan yang bernama si Gambyong pada masa Susuhunan Paku Buwana IV di Surakarta (1788-1820). Si Gambyong ini adalah maestro tari pada masa itu, yang memiliki paras yang sedemikian cantik sehingga begitu terkenal di seantero Surakarta. Karena itu, kemudian tarian yang sering ia tarikan dikenal dengan Tari Gambyong.
Ada dua jenis tari Gambyong yang terkenal di masyarakat, yaitu Gambyong Pangkur dan Gambyong Parianom. Gambyong Pangkur lebih halus dan menonjolkan sisi sukacitanya. Biasanya ditampilkan di kraton. Pakaiannya pun lebih mewah daripada Gambyong Parianom.Untuk Gambyong Parianom, biasanya menggunakan kostum kemben yang sederhana.
Terlepas dari perbedaan-perbedaannya, Gambyong biasanya diawali dengan gendhing Pangkur. Gerakannya begitu indah, selaras dengan irama gendhing dan kendhang.
Penari Gambyong adalah gadis-gadis. Karena tarian ini menonjolkan sisi estetika dari kelemah-lembutan gerak seorang perempuan. Gerakan-gerakannya yang gemulai namun tertata apik, seolah menciptakan ruang pembatas gerak, namun tidak mengurangi seni estetika yang ditawarkan. Justru hal inilah yang menjadi filosofi dari gerakan tarian ini, wanita Jawa adalah sosok yang berjalan seturut dengan bingkai kebudayaannya. Mempunyai aturan atau unggah-ungguh dalam berperilakun, namun tetap memancarkan keindahannya.
Gerakan tarian ini lemah lembut, namun kuat. Maksudnya, gerakan tarian ini harus jelas meskipun ditarika dengan gemulai. Sehingga membutuhkan gerakan otot yang kuat untuk menarikannya. Seperti itulah sosok wanita Jawa, halus, lembut, penuh tata krama, namun kuat dalam pendiriannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar