Sabtu, 09 April 2011

Srikandi, atau dalam bahasa Sansekerta Sikhandi, adalah salah satu tokoh pewayangan Jawa yang sangat terkenal. Ia adalah putri dari kerajaan Panchala, ayahnya ialah Prabu Drupada, dan ibunya ialah Dewi Gandawati. Dalam cerita pewayangan, Srikandi adalah titisan dari Dewi Amba yang mati karena panah Bisma.
Tidak seperti putri-putri pada umumnya, Dewi Srikandi sangat menyukai olah keprajuritan. Keahliannya adalah dalam bidang panah-memanah. Mungkin sosok Srikandi inilah yang kemudian menjadi ide awal lahirnya gerakan emansipasi wanita.
Setelah menikah dengan Raden Arjuna dari keluarga Pandhawa, Dewi Srikandi diberi kewenangan sebagai penanggung jawab keslamatan dan keamanan kesatrian Madukara dan segenap isinya. Bahkan dalam perang Bharatayuda, ia tampil sebagai senapati perang dari pihak Pandhawa.
Diceritakan, sebelumnya Srikandi telah memohon kepada Dewa agar ia yang kemudian menjadi penyebab kematian Resi Bisma yang saat perang tersebut berada di pihak Kurawa. Permohonan Srikandi ini disebabkan oleh dendamnya kepada Resi Bisma yang telah menolak untuk menikahinya ketika ia masih menjadi Dewi Amba. Dan bahkan Dewi Amba ini mati di panah Bisma, dan kemudia menitis menjadi Dewi Srikandi.
Ketika perang Kurukshetra berlangsung, Srikandi berhadapan dengan Bisma. Ketika melihat Srikandi, Bisma langsung tahu bahwa ia adalah reinkarnasi dari Dewi Amba. Selain itu, Bisma juga mempunyai prinsip bahwa seorang kesatria sejati tak akan melawan seorang wanita. Untuk itu Bisma menjatuhkan senjatanya. Melihat kondisi seperti itu, Arjuna memanfaatkannya. Ia bersembunyi di balik tubuh Srikandi dan melepaskan panah penghancur ke arah tubuh Bisma, hingga akhirnya Bisma mati. Dengan bantuan Srikandilah akhirnya Resi Bisma dapat dikalahkan, padahal sebelumnya ia merupakan kesatria yang tak terkalahkan.
Srikandi sendiri pada akhirnya tewas dibunuh oleh Aswatama yang menyusup ke dalam kerajaan Astina pada hari ke-18 pasca perang Bharatayuda.
Demikianlah kisah Srikandi yang hidup dengan membawa dendam sampai akhir hayatnya. Kiranya kita, perempuan Indonesia juga dapat berkaca dari kisah hidup Srikandi. Kita dapat menjadi Srikandi-srikandi masa kini yang berjuang membela bangsa kita, namun bukan dengan dendam, tapi kasih..
Tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna. Demikian pula dengan Srikandi. Kita dapat mengambil apa yang sepantasnya kita ambil sebagai panutan, dan menjauhi hal-hal yang tidak boleh kita hampiri.
Semangat Srikandi-srikandi modern negeri ini.......!!!

1 komentar: